Selasa, 30 Desember 2014

PNEUMOTORAKS


Pneumotoraks adalah keadaan terdapat udara bebas di dalam rongga pleura. Pneumotoraks merupakan keadaan kegawatan yang bisa menyebabkan kematian. Penanggulangannya sangat sederhana dan hasilnya sangat memuaskan. Ada beberapa macam pneumotoraks, yaitu:

-  Pneumotoraksspontan primer adalah pneumotoraks yang terjadi tanpa riwayat penyakit paru sebelumnya ataupun trauma, kecelakaan dan dapat terjadi pada individu yang sehat.
-    Pneumotoraks spontan sekunder adalah pleumotoraks yang terjadi pada penderita yang mempunyai riwayat penyakit paru  sebelumnya, misalnya PPOK, TB paru dll.
-   Pneumotoraks traumatic adalah pneumotoraks yang terjadi karena trauma di dada, kadang disertai dengan hematopneumotoraks. Perdarahan yang timbul dapat berasal dari dinding dada ataupun paru itu sendiri
-    Pneumotoraks iatrogenic adalah pneumotoraks yang terjadi saat kita melakukan tindakan diagnostik seperti biopsi transtorakal, pungsi pleura
-  Pneumonia katamenial (catamenial / monthly pneumothorax) adalah pneumotoraks yang terjadi berhubungan dengan siklus menstruasi.
Menurut jenis kebocorannya, pneumotoraks dapat dibagi menjadi pneumotoraks tertutup, pneumotoraks terbuka dan pneumotoraks ventil.
PATOGENESIS
Tekanan dalam rongga pleura selalu negatif selama proses respirasi berlangsung. Tekanan negatif tersebut disebabkan karena pengembangan dada. Jaringan paru mempunyai kecenderungan untuk menjadi kolaps karena sifat yang elastik (elastic recoil). Bila ada kebocoran antara alveoli dengan rongga pleura, udara akan berpindah dari rongga pleura sampai tekanan kedua ruang tersebut sama atau sampai kebocoran tertutup sehingga paru akan menguncup karena sifat paru yang elastik. Hal yang sama akan terjadi bila terjadi hubungan antara dinding dada dengan rongga pleura. Meskipun mekanisme terjadinya pneumotoraks belum jelas, percobaan menunjukkan distensi berlebih paru normal akan menyebabkan rupture alveoli subpleural. Udara akan merembes sepanjang lapisan bronkoalveolar ke arah mediastinum sehingga akan terjadi emfisema subkutan atau pneumotoraks.
Suatu penelitian pada penderita pneumotoraks spontan yang dilakukan reseksi paru ditemukan bleb, bula atau keduanya. Bila bula atau bleb mengalami distensi dan pecah kedalam rongga pleura maka akan terjadi pneumotoraks. Mekanisme pembentukan bula masih diperdebatkan, salah satunya adalah degradasi benang elastin pada paru yang diinduksi oleh asap rokok diikuti sebukan neutrofil dan makrofag menyebabkan timbulnya bleb tersebut. Degradasi ini menyebabkan ketidakimbangan antara protease dan antiprotease dan sistem oksidan dalam paru. Inflamasi dalam paru akan menginduksi obstruksi saluran napas, tekanan intraalveolar akan meningkat  sehingga terjadi kebocoran udara menuju ruang interstisial paru dan ke hilus menyebabkan pneumomediastinum. Tekanan mediastinum akan meningkat dan pleura mediastinum akan rupture sehingga timbul pneumotoraks.
Perubahan fisiologis akibat pneumotoraks adalah penurunan kapasitas vital dan PaO2 dehingga terjadi hipoventilasi dan asidosis respiratorik. Yang paling berbahaya adalah pneumotoraks ventil. Pada keadaan ini tekanan di rongga pleura akan meningkat terus hingga paru akan menguncup total selanjutnya mediastinum akan terdorong ke sisi lawannya. Pendorongan mediastinum inilah yang dapat menyebabkan gangguan aliran darah karena tertekuknya pembuluh darah. Bila gangguannya hebat dapat terjadi syok sampai kematian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar